Title Ad

Blog Ekonomi

Blog Ekonomi
Blog Ekonomi

Tuesday, March 19, 2013

Rumah semakin mahal di China dan Hong Kong


Berita properti dari wilayah China :
Kekhawatiran akan terjadinya bubble sektor property di China dan Hong Kong tampaknya menjadi perhatian serius para pelaku pasar saat ini (14/03). Kondisi ini terjadi karena pemerintah China sendiri telah melakukan langkah-langkah untuk menghambat laju kenaikan harga property di negaranya.
Inflasi harga property di China tampaknya jauh lebih besar dibandingkan dengan data resmi yang dirilis oleh pemerintah, dengan kenaikan harga rumah nyaris sebesar empat kali lipat. Pemerintah China minggu lalu mengumumkan pemberlakukan rencana pajak untuk mencegah spekulasi yang berlebihan di sektor property.
Penjualan rumah second di Beijing mengalami peningkatan 280% (y/y) pada periode 2-8 Maret lalu, menurut data pemerintah. Minggu sebelumnya penjualan mengalami peningkatan sebesar 141%.
Pada tanggal 1 Maret lalu pemerintah China mengumumkan rencana untuk memberlakukan pajak capital gain sebesar 20%. Pemerintah juga mempersyaratkan DP yang lebih tinggi untuk pembelian rumah second untuk menghambat ekspektasi kenaikan harga yang makin gila-gilaan.
Harga rumah baru di China mengalami kenaikan rata-rata 0.8% di bulan Januari dibandingkan tahun sebelumnya. Harga rumah mengalami peningkatan di 53 kota dari 70 kota besar di negara tersebut.
Menurut data dari Reuters harga rumah di Beijing, ibu kota China, pada bulan Januari lalu mengalami peningkatan sebesar 12.2% dibandingkan tahun sebelumnya.
Data resmi dari pemerintah memperlihatkan bahwa permintaan masih kuat meskipun pemerintah China telah melakukan kampanye selama tiga tahun terakhir untuk menghambat kegiatan spekulasi dan kenaikan harga.
Penyebab dari bubble property di China ini adalah program urbanisasi yang dilakukan oleh pemerintah China. Dalam rangka mencapai tujuannya untuk menggenjot ekonomi, pemerintah China berencana untuk mengeluarkan 40 triliun yuan (6.4 miliar dolar) untuk membawa 400 juta orang ke kota-kota di China. Diharapkan kaum perkotaan akan menjadi penggerak ekonomi China yang mulai fokus kepada konsumsi.
Kondisi ini mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal di daerah perkotaan makin tinggi. Kondisi ini tentunya akan mengakibatkan kontraproduktif terhadap rencana pemerintah China tersebut. Jika orang-orang di perkotaan tidak lagi mampu membiayai kebutuhannya akan tempat tinggal, maka pada akhirnya mereka akan kembali ke desa.
Bubble Property Juga Terjadi di Hong Kong
Di Hong Kong, berita ekonomi sendiri sejak pertengah tahun lalu pemerintah dan bank sentralnya sudah melakukan beberapa langkah untuk meredam kondisi yang “panas” tersebut. Akibat pelonggaran kuantitatif di Amerika Serikat, sektor property di Hong Kong mengalami peningkatan tajam. Pasalnya di Hong Kong orang asing diperbolehkan membeli property atas namanya.
Untuk mencegah bubble dan pecahnya bubble, bank sentral Hong Kong memperketat pinjaman hipotek. Cara bank sentral memperketat pengajuan pembiayaan rumah adalah dengan membatasi persyaratan maksimum terhadap semua hipotek menjadi 30 tahun. Pembayaran hipotek untuk investasi properti tidak boleh melebihi 40% dari pendapatan bulanan pembeli dari sebelumnya 50%.

No comments:

Post a Comment